Mitos Terkenal tentang Abad Pertengahan dan Penjelasannya

Pesantenanpati.com – Zaman Abad Pertengahan adalah periode yang membentang sekitar dari abad ke-5 hingga abad ke-16 Masehi (sekitar 1.100 tahun) di Eropa. Ketika orang menggunakan kata-kata seperti “Medieval,” “Middle Ages” (Abad Pertengahan), dan “Dark Ages” (Zaman Kegelapan), mereka umumnya merujuk pada periode waktu yang sama.

Meskipun sering dianggap sama, “Dark Ages” sebenarnya merujuk pada separuh pertama Abad Pertengahan (500-1000 M), masa setelah keruntuhan Kekaisaran Romawi di mana banyak budaya dan pengetahuan Romawi hilang. Masa ini sering diberi kritik dan dicap sebagai masa kelam oleh para cendekiawan pada masa Renaisans.

Banyak penulis dari gerakan Protestan mengritik Abad Pertengahan dengan keras, terutama karena cenderung terlalu berpusat pada gereja. Sayangnya, dari kritik ini muncul berbagai mitos dan pemahaman yang keliru, bahkan bertahan hingga saat ini.

Dalam daftar di bawah ini, tujuannya adalah untuk meredakan kekeliruan-kekeliruan tersebut. Berikut ini adalah beberapa mitos yang umum mengenai Abad Pertengahan beserta penjelasannya.

1. Hukuman mati adalah hal yang biasa terjadi setiap harinya

Salah satu mitos terkenal tentang Abad Pertengahan adalah anggapan bahwa hukuman mati adalah hal biasa dan sering terjadi pada masa itu. Namun, sebenarnya, mereka telah mengembangkan sistem juri dan persidangan yang sangat adil pada periode tersebut, meskipun banyak orang sekarang berpikiran berbeda.

BACA JUGA :   Mitos Manfaat Menanam Pohon Kamboja di Depan Rumah Menurut Fengshui

Hukuman mati dianggap sebagai pilihan terakhir dan hanya digunakan dalam kasus-kasus kejahatan yang paling serius seperti pembunuhan, pengkhianatan, dan pembakaran. Pada akhir masa Abad Pertengahan, baru tokoh seperti Elizabeth I mulai menggunakan hukuman mati sebagai alat untuk menghilangkan lawan-lawan mereka.

Pelaksanaan hukuman mati di depan umum juga tidak sebrutal yang sering digambarkan dalam film. Eksekusi semacam itu biasanya hanya disaksikan oleh kaum bangsawan, dan umumnya tidak dilakukan di tempat umum. Metode eksekusi yang paling umum adalah gantung. Pemakaman hidup-hidup juga tidak umum terjadi, dan biasanya dilakukan setelah pelaku kejahatan digantung terlebih dahulu.

2. Alkitab hanya untuk kalangan ekslusif saja

Harap di ingat bahwa selama Abad Pertengahan (sebelum Gutenberg menemukan mesin cetak), semua buku harus di salin secara manual. Proses ini sangat melelahkan dan memakan waktu berbulan-bulan, terutama jika yang di salin adalah Alkitab.

Tugas mencetak Alkitab biasanya diberikan kepada para pendeta di setiap Gereja, karena Alkitab harus dibacakan dengan lantang dalam Misa harian. Untuk melindungi keaslian buku-buku berharga ini, mereka akan ditempatkan di bawah kunci.

Sebenarnya, tidak ada upaya rahasia untuk menyembunyikan Alkitab dari masyarakat umum. Penguncian ini dimaksudkan agar Gereja bisa memastikan bahwa Alkitab diakses oleh orang-orang setiap hari, mengingat pada saat itu banyak yang masih tidak bisa membaca.

BACA JUGA :   Teori Konspirasi yang Dikaitkan Dengan Bencana Terkenal

3. Orang miskin di biarkan mati kelaparan

Salah satu mitos yang berkembang adalah bahwa orang miskin pada masa itu sengaja di biarkan kelaparan. Namun, kenyataannya jelas berbeda. Di Abad Pertengahan, para petani mendapatkan makanan yang layak, termasuk bubur dan roti segar setiap hari, serta bir sebagai minuman. Mereka juga disediakan dengan beragam daging, keju kering, buah-buahan, dan sayuran dari daerah sekitar mereka.

Hewan seperti ayam, bebek, merpati, dan angsa juga umum dihidangkan di meja para petani. Beberapa dari mereka bahkan mengelola lebah untuk menghasilkan madu. Di sisi lain, para bangsawan memiliki lebih banyak pilihan daging, seperti sapi dan domba.

Mereka menikmati hidangan yang lebih beragam dan mungkin memiliki hidangan yang lebih bervariasi dibandingkan dengan orang miskin. Ini mencakup hidangan yang diberi berbagai rempah-rempah, yang mana hal tersebut tidak mungkin terjangkau oleh kalangan miskin pada waktu itu.

4. Semua rumah memakai atap jerami

Banyak yang berpendapat bahwa pada Abad Pertengahan, petani tinggal di rumah dengan atap jerami yang di huni oleh hewan. Namun, perlu di klarifikasi bahwa atap jerami pada masa itu di ikat dengan rapi — bukan hanya tumpukan jerami dan kayu yang di letakkan sembarangan di atas rumah.

BACA JUGA :   Fakta Mitos Burung Gagak Pembawa Sial

Hewan-hewan juga tidak mudah masuk melalui atap rumah mereka. Seperti halnya masa kini, jika ada hewan yang masuk, mereka akan segera di usir keluar.

Harus di ingat juga bahwa atap jerami bukanlah eksklusif bagi orang miskin, karena banyak kastil dan rumah besar juga menggunakan bahan serupa. Bahkan, banyak rumah di desa-desa Inggris masih mempertahankan atap jerami hingga sekarang.

5. Badan mereka kotor dan bau karena tidak pernah mandi

Mitos ini menjadi sangat populer karena sering muncul dalam penggambaran film-film yang berlatar belakang Abad Pertengahan. Dari mitos ini, muncul pula sejumlah mitos lain, seperti anggapan salah bahwa dupa Gereja di ciptakan untuk menyembunyikan bau buruk banyak orang yang berkumpul di satu tempat.

Padahal, penggunaan dupa dalam ritual Gereja berakar pada sejarah agama Yahudi, yang juga menggunakan dupa dalam berbagai upacara keagamaan. Mitos ini juga menciptakan persepsi aneh bahwa orang cenderung menikah pada bulan Mei atau Juni setelah menjalani mandi tahunan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *