Ribuan Ibu Hamil dan Balita Dapat Makanan Tambahan untuk Cegah Stunting

Pesantenanpati.com Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) lokal kepada 2.028 orang ibu hamil.

Ribuan ibu hamil tersebut, masuk target penurunan prevalensi stunting lantaran menyandang status kurang energi kronis (KEK).

Penjabat (Pj) Bupati Banjarnegara, Muhammad Masrofi, mengatakan selain ibu hamil, program tersebut membidik 3.000 balita dengan berat badan kurang, 4.056 balita gizi kurang, dan 7.000 balita yang berat badannya tidak naik.

Lebih lanjut, PMT Lokal merupakan salah satu upaya untuk mencapai  target prevalensi stunting di Banjarnegara sebanyak 14 persen pada 2024.

“Anggaran PMT Lokal di Banjarnegara sebesar Rp5.212.918.000, berasal dari DAK Non Fisik Kementerian Kesehatan, dan Rp6.986.400.000, berasal dari Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah,” kata Masrofi.

Menurutnya, dari Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi stunting di wilayahnya sebesar 23,3 persen. Turun pada 2022 menjadi 22,2 persen dan tahun 2025 kembali merotot hingga 19,9 persen.

“Saat ini sebagian besar posyandu telah dilengkapi dengan alat antropometri terstandar dan ditunjang dengan kader yang kompeten, sehingga diharapkan makin memudahkan kinerja petugas dalam upaya pencegahan dan pendektesian pada balita,” katanya.

BACA JUGA :   BBPOM Semarang Gandeng PKK Rembang Basmi Bahan Berbahaya pada UMKM

Dia menambahkan bahwa gerakan tersebut dilakukan dengan kerja sama antar sektor dan program di level kabupaten, puskesmas, hingga desa. Intervensi dilakukan secara bersamaan dan sesuai standar supaya menyasar seluruh target.

“Ini semua dilakukan dalam rangka mencegah munculnya kasus stunting baru, sehingga Banjarnegara bebas stunting dapat segera terwujud,” terangnya.

Sementara Kepala Desa Situwangi, Sutrino, menyebutkan bahwa posyandu desanya mencatat 41 balita menderita stunting atau 10 persen dari jumlah balita di Desa Situwangi, yakni 462 balita.

Faktor utama balita kurang gizi adalah banyak pasangan menikah muda sehingga belum memiliki pengalaman menangani balita. Selain itu, ekonomi dan genetika menjadi faktor lainnya yang menyebabkan balita stunting.

“Kami terus berupaya mengurangi angka stunting dengan pemberian makanan tambahan (PMT) pada anak-anak, setiap satu bulan sekali. Kami juga mengedukasi atau memberikan pemahaman kepada masyarakat dan kader posyandu setiap acara umum maupun pengajian, agar stunting tidak ada lagi di desa kami,” jelasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *