Pesantenanpati.com – Di tengah gempuran teknologi digital, banyak orang lebih memilih membaca melalui layar gawai atau buku elektronik (e-book) ketimbang memegang buku cetak.
Praktis memang, karena ribuan judul bisa diakses hanya dengan satu sentuhan. Namun, adanya buku fisik tetap memiliki pesona dan manfaat yang tak tergantikan.
Salah satu kelebihan membaca buku fisik adalah efek positifnya pada konsentrasi.
Layar gadget sering kali dipenuhi notifikasi yang mudah mengalihkan perhatian. Sementara itu, membuka halaman demi halaman buku cetak bisa menciptakan pengalaman yang lebih fokus dan mendalam.
Bahkan, sebuah studi dari Journal of Research in Reading (2017) menunjukkan bahwa membaca dalam bentuk cetak membuat orang lebih mudah memahami alur cerita dibanding versi digital.
Selain itu, sensasi taktil dari kertas memberi pengalaman berbeda.
Aroma buku baru atau bahkan buku lama sering kali memunculkan rasa nostalgia dan kenyamanan. Ini membuat aktivitas membaca terasa lebih personal.
Beberapa ahli psikologi juga menyebutkan bahwa interaksi fisik dengan buku dapat membantu memori bekerja lebih baik karena otak kita mengingat posisi teks pada halaman tertentu.
Membaca buku fisik juga berdampak positif bagi kesehatan mata. Berbeda dengan layar yang memancarkan cahaya biru, kertas tidak memberikan efek silau yang bisa menimbulkan kelelahan. Hal ini penting, terutama bagi mereka yang sudah lama beraktivitas di depan komputer.
Lebih jauh lagi, membeli dan menyimpan buku cetak turut mendukung ekosistem penerbitan. Setiap buku fisik yang dibeli berarti turut memberi napas panjang bagi penulis, penerbit, hingga toko buku. Tak heran jika tren book café dan komunitas membaca masih bertahan, bahkan berkembang di era digital.
Di tengah serba cepatnya dunia digital, membuka buku cetak bisa menjadi cara sederhana untuk melambat sejenak dan menikmati pengetahuan dengan lebih intim. (*)
