Pesantenanpati.com – Menurut International Monetary Fund (IMF), sejumlah negara belum memiliki dasar hukum dan etika yang kuat untuk menghadapi kemajuan teknologi dan adopsi dari Artificial Intelligence (AI).
Oleh karena itu, pesatnya revolusi teknologi AI masih sangat didominasi oleh negara ekonomi maju, terutama Amerika Serikat (AS).
Sementara untuk beberapa negara berkembang seperti China, kemampuan pemanfaatan perihal teknologi AI terhadap perekonomian disebut masih jauh tertinggal dan tidak mampu memanfaatkan AI dengan optimal.
Melansir dari CNBC Indonesia, Managing Director IMF, Kristalina Georgieva memandang kondisi tersebut dengan cemas terhadap jurang yang terlihat oleh negara pendapatan rendah sehingga sulit mengejar ketertinggalan.
Pendapat ini ia sampaikan langsung kepada perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat sipil dalam Pertemuan Tahunan IMF dan World Bank di Washington DC, AS.
Sebelumnya, Georgieva juga telah memberi peringatan soal valuasi pasar finansial yang ditopang oleh AI di pasar saham. Hal ini disebut dapat memukul pertumbuhan ekonomi dunia ketika ada pergeseran sentimen investor.
Maka ketika di negara maju mengalami perubahan psar saham, maka dapat berdampak buruk ke perekonomian di negara berkembang.
Oleh karena itu, IMF mendorong agar negara ekonomi berkembang fokus dalam memperluas infrastruktur digital dan kemampuan sumber daya manusia, seperti dengan mengembangkan indeks kesiapan AI yang mengukur tiap negara melalui aspek infrastruktur, SDM, inovasi, serta regulasi dan etika. (*)










