Pesantenanpati.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data korban bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh per Selasa (9/12/2025) pukul 09.00 WIB. Data terbaru mencatat 962 orang meninggal dunia dan 291 lainnya masih dinyatakan hilang.
“Update data per 9 Desember 2025: meninggal 962 jiwa dan hilang 291 jiwa,” tulis BNPB dalam dashboard rekapitulasi terdampak bencana.
Sebaran Korban Jiwa
Dari total korban, Kabupaten Agam menjadi wilayah dengan korban jiwa terbanyak, mencapai 180 orang. Wilayah lain yang terdampak parah antara lain Aceh Utara dengan 138 korban, Tapanuli Tengah sebanyak 110 korban, dan Tapanuli Selatan dengan 85 korban.
Hingga hampir dua pekan pascabencana, jumlah korban luka tercatat masih sekitar 5.000 orang, dan angka pengungsi terus meningkat. Berdasarkan data kabupaten/kota, Aceh Utara menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi tertinggi, mencapai lebih dari 299 ribu jiwa, diikuti Aceh Tamiang dengan lebih dari 262 ribu jiwa, serta Aceh Timur lebih dari 238 ribu jiwa.
Dampak Infrastruktur
BNPB juga mencatat kerusakan infrastruktur yang signifikan akibat bencana ini. Data terbaru menunjukkan:
- 425 rumah ibadah terdampak
- 199 fasilitas kesehatan rusak
- 234 gedung atau kantor mengalami kerusakan
- 534 fasilitas pendidikan terdampak
- 497 jembatan mengalami kerusakan
- 157 ribu rumah mengalami kerusakan
Kerusakan ini menimbulkan tantangan besar dalam upaya pemulihan dan distribusi bantuan bagi masyarakat terdampak.
Upaya Pemerintah dalam Penanganan Medis
Presiden RI Prabowo Subianto sebelumnya meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk segera menyiapkan tenaga medis tambahan guna memperkuat layanan kesehatan bagi korban banjir dan longsor di Sumatera. Instruksi tersebut disampaikan dalam rapat koordinasi Kabinet Merah Putih yang digelar di Aceh, Minggu (7/12/2025) malam.
Dalam laporan awalnya, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa Aceh mengalami kekurangan tenaga dokter, terutama karena sebagian tenaga medis setempat juga menjadi korban bencana. “Kita kekurangan dokter karena dokter di sana jadi korban juga,” ujarnya.
Untuk menutupi kekurangan tenaga medis yang mendesak, Budi meminta dukungan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Ia mengusulkan penugasan sekitar 300 dokter TNI dan Polri selama tiga bulan ke depan untuk membantu layanan kesehatan di wilayah terdampak.
“Jadi saya minta tolong juga Pak Menhan, kalau boleh saya butuh sekitar 300 dokter selama 3 bulan ke depan untuk mengisi sampai mereka bisa, saya atasi sebagian. Tapi kalau TNI-Polri kan lebih gampang mobilisasinya,” jelas Budi.
Koordinasi Penanggulangan Bencana
BNPB terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan pemerintah daerah, TNI, Polri, serta organisasi kemanusiaan untuk mempercepat proses evakuasi, distribusi bantuan, dan rehabilitasi wilayah terdampak. Tim tanggap darurat juga masih fokus pada daerah yang terisolasi akibat longsor dan banjir.
Selain penanganan darurat, BNPB juga mencatat perlunya perbaikan infrastruktur kritis, seperti jembatan dan fasilitas kesehatan, agar masyarakat terdampak dapat kembali beraktivitas normal. Bantuan logistik, obat-obatan, makanan, dan tempat pengungsian menjadi prioritas utama di tengah tingginya jumlah pengungsi.
Tantangan Pemulihan
Pemulihan pascabencana diperkirakan membutuhkan waktu lama, mengingat dampak luas terhadap infrastruktur, rumah, fasilitas pendidikan, dan layanan kesehatan. Sementara itu, masyarakat terdampak juga menghadapi trauma psikologis akibat kehilangan anggota keluarga, rumah, dan mata pencaharian.
BNPB menegaskan bahwa pemerintah pusat dan daerah terus bekerja sama untuk memaksimalkan bantuan, mempercepat pemulihan, serta mencegah risiko bencana lanjutan. Penanganan medis, rehabilitasi infrastruktur, dan penyediaan kebutuhan dasar pengungsi menjadi fokus utama.
Pesan BNPB
Kepala BNPB menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana alam dan perlunya kesiapsiagaan. “Selain penanganan darurat, edukasi mitigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak di masa depan,” ujarnya.
Dengan total korban meninggal mencapai 962 jiwa, korban hilang 291 orang, dan jumlah pengungsi yang terus meningkat, bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera menjadi salah satu tragedi alam terbesar di akhir 2025. Pemerintah pusat dan daerah, bersama TNI, Polri, dan relawan, terus bekerja maksimal untuk membantu masyarakat terdampak dan mempercepat proses pemulihan.









