Arti Sebenarnya dari “Taqabbalallahu Minna wa Minkum”

Pesantenanpati.com – Setiap kali hari raya Idul fitri tiba, kita sering mendengar ucapan “Taqabbalallahu minna wa minkum” yang saling dilontarkan antar keluarga, tetangga, bahkan teman jauh melalui pesan singkat. Ucapan ini terdengar begitu akrab, bahkan lebih sering diucapkan daripada “Selamat Lebaran” itu sendiri. Tapi, sudahkah kita memahami makna sebenarnya dari ungkapan tersebut?

Kalimat ini berasal dari bahasa Arab yang artinya “Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu.” Kalimat ini bukan sekadar basa-basi hari raya, tapi doa yang dalam maknanya. Ia mencerminkan harapan tulus agar segala ibadah yang telah dilakukan selama Ramadan mulai dari puasa, salat malam, sedekah, hingga amal baik lainnya benar-benar diterima oleh Allah.

Ucapan ini memiliki akar sejarah dari para sahabat Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari Imam Al-Hafizh Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bari, disebutkan bahwa sahabat Nabi, seperti Ali bin Abi Thalib dan lainnya, biasa saling mengucapkan kalimat ini saat hari raya. Artinya, ini bukan sekadar kebiasaan modern, melainkan memiliki dasar kuat dalam tradisi Islam.

BACA JUGA :   Pengerjaan Jalan Pantura Sarang Rembang Ditargetkan Selesai Sebelum Idul Fitri 2023

Dalam budaya Indonesia, kalimat ini kadang diucapkan lengkap: “Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum” yang artinya “Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu, puasa kami dan puasamu.” Tapi meskipun sering diucapkan, banyak orang melafalkannya tanpa tahu arti atau kedalamannya.

Mengucapkannya tidak wajib, tetapi dianjurkan sebagai bentuk doa dan rasa kasih sayang kepada sesama muslim. Dengan mengucapkan doa ini, kita tidak hanya berbasa-basi, tapi juga menunjukkan bahwa kita peduli dan berharap kebaikan bagi orang lain, khususnya dalam bentuk penerimaan amal oleh Allah SWT.

Menariknya, tradisi ini juga memperlihatkan betapa hari raya dalam Islam bukan sekadar selebrasi, melainkan momen spiritual yang tetap dipenuhi doa. Ketika umat Islam selesai menunaikan ibadah Ramadan, mereka tidak merasa sudah cukup. Justru, mereka mengharap agar semua itu diterima oleh Allah.

Jadi, mulai sekarang, saat mengucapkan kalimat ini, kita bisa lebih memahami bahwa itu adalah doa, bukan hanya salam. Kita berharap bukan hanya diri kita yang diterima amalnya, tapi juga orang lain. Doa yang sederhana namun penuh makna dan kekuatan sosial. (*)

BACA JUGA :   Doa Memohon Umur yang Berkah dan Istiqomah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *