Pesantenanpati.com – Sepuluh hari pertama bulan Zulhijah dikenal sebagai salah satu waktu yang paling mulia dalam kalender Islam. Banyak hadis menjelaskan bahwa amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini memiliki nilai pahala yang sangat besar.
Karena itu, umat Islam dianjurkan memanfaatkan kesempatan ini dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Melansir dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), salah satu amalan yang paling dianjurkan adalah memperbanyak dzikir, termasuk takbir, tahmid, dan tahlil. Dzikir pada hari-hari ini menjadi bentuk syukur atas nikmat Allah serta pengingat untuk memperbaiki kualitas iman.
Banyak ulama menekankan pentingnya menghidupkan suasana ibadah melalui lantunan takbir sejak masuknya awal Zulhijah hingga hari raya Iduladha.
Selain dzikir, puasa sunnah juga sangat dianjurkan bagi yang mampu. Puasa pada tanggal 1–9 Zulhijah, terutama pada hari Arafah (9 Zulhijah), disebut memiliki keutamaan besar karena dapat menghapuskan dosa-dosa kecil setahun yang lalu dan yang akan datang.
Amalan ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk membersihkan diri sekaligus memperkuat spiritualitas.
Bagi yang memiliki kemampuan, bersedekah dan berbuat baik kepada sesama menjadi amalan lain yang sangat dianjurkan. Berbagi kepada yang membutuhkan, membantu keluarga, hingga melakukan kebaikan sederhana seperti memberi makan hewan, termasuk bentuk amal yang dicintai Allah.
Momentum Zulhijah mengingatkan umat Islam tentang nilai kepedulian dan pengorbanan. Puncak dari ibadah pada masa ini adalah berkurban, yang dilakukan pada tanggal 10 Zulhijah.
Ibadah ini menjadi simbol ketakwaan serta meneladani ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Daging kurban kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan mereka yang membutuhkan, sehingga menghadirkan nilai sosial yang kuat.
Secara keseluruhan, sepuluh hari pertama Zulhijah merupakan waktu istimewa untuk memperbanyak amal saleh. Dengan dzikir, puasa, sedekah, dan berkurban, umat Islam dapat memaksimalkan pahala sekaligus merasakan kedekatan spiritual yang lebih mendalam. (*)
