Pati, Pesantenanpati.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati mengungkapkan bahwa pelaksanaan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) terkadang menuai pro dan kontra dari orang tua murid.
Sebab ada orang tua yang takut ketika anaknya disuntik vaksin atau imunisasi. Hal itu karena ketidaktahuan orang tua.
“Jadi yang tidak menerima itu bukan sekolah, tapi kadang-kadang orang tuanya. Tapi karena mereka pun ketidaktahuan apa manfaat imunisasi atau vaksin pada anak. Setelah kita beri tahu, kita sosialisasikan alhamdulillah menerima dengan baik,” tutur Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati, Aviani Tritanti Venusia.
Meski begitu, pihak sekolah termasuk guru-gurunya selalu mendukung pelaksanaan program tersebut. Sebab imunisasi atau vaksin pada program BIAS dapat membuat anak-anak sekolah lebih sehat terutama terhindar dari penyakit yang mungkin menyerang di usianya saat ini.
Ia menuturkan bahwa sebelum menggelar program BIAS di setiap sekolah, selalu dilakukan edukasi dan sosialisasi terhadap orang tua murid sehingga bisa diterima oleh orang tua murid.
Lebih lanjut, pihak Dinkes Kabupaten Pati tidak pernah melalukan unsur pemaksaan terharap orang tua murid ataupun murid agar mau disuntik imunisasi atau vaksin.
“Tapi selama kalau di Pati sejauh ini insyaAllah aman-aman saja sih, dan sebelum pelaksanaan vaksin pasti kita edukasi dulu kita beri tahu dulu. Nanti kalau anaknya gak boleh ada surat ada surat pernyataan gak boleh yo gak papa, kita gak melakukan pemaksaan untuk melakukan hal itu supaya anak mau itu tidak,” katanya.
“Selama ini, gak selama ini aja sih dari dulu di dinas dan sejak pas saya di Puskesmas juga aman aman saja sih gak ada yang protes, Alhamdulillah aman dan waktu pas Covid juga dulu aman-aman saja sih,” lanjutnya.
Senada, Koordinator Imunisasi Puskesmas Juwana, Puji menyebutkan bahwa pelaksanaan program BIAS selalu didukung oleh pihak sekolah. Terlebih jika ada penolakan dikarenakan orang tua murid belum mengetahui dan paham betul manfaat dan tujuan program BIAS itu seperti apa.
“Ya karena sudah program rutin setiap tahun, jadi ya saling mendukung istilahnya sudah kegiatan rutin,” sebut Puji.
“Ada sebagian kecil yang memang dia pahamnya bahwa menganggap vaksin itu haram lah, atau bikin sakit lah itu ada. Tapi yo paling hanya nol koma berapa persen saja dan biasanya anak SD/MI sebagian kecil ada yang memang pahamnya dia itu bahwa vaksin itu haram. Intinya sih paling ya nol koma itu ya satu dua saja,” tambahnya. (*)