Pesantenanpati.com– Kacamata semakin akrab di kalangan anak-anak Sekolah Dasar (SD). Fenomena ini tidak hanya terjadi di satu negara, melainkan menjadi tren global. Di Singapura, misalnya, Singapore National Eye Centre (SNEC) mencatat bahwa sekitar 20 persen anak mengalami rabun jauh atau miopia, sebuah angka yang meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir. Data terbaru rata-rata usia anak yang memakai kacamata kini semakin muda, jauh lebih muda dibandingkan sepuluh tahun lalu yang sekitar 12 tahun.
Kenapa banyak anak SD berkacamata? Mari kita ulas beberapa faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini.
-
Kesadaran Akan Kesehatan Mata
Semakin banyak anak yang berkacamata disebabkan oleh meningkatnya kesadaran orang tua akan pentingnya pemeriksaan mata rutin sejak dini. Dengan pemeriksaan yang lebih sering, masalah penglihatan yang sebelumnya tidak terdeteksi sering kali ditemukan, membuat lebih banyak anak membutuhkan kacamata.
-
Screen Time yang Berlebihan
Di era digital ini, keberadaan gadget dan layar elektronik telah merubah kebiasaan kita. Dulu, orang tua sering mengingatkan anak-anak untuk tidak menonton TV terlalu dekat. Namun, dengan adanya gadget di tangan anak-anak, pengaturan jarak pandang menjadi semakin sulit.
“Waktu menatap layar dan aktivitas di dalam ruangan yang berlebihan membuat Anda lebih sulit fokus pada subjek yang jauh, karena Anda hanya fokus pada objek yang dekat sepanjang waktu,” ungkap Sakhuja. Penggunaan gawai yang terus-menerus ini menyebabkan ketegangan mata dan berpotensi mempercepat perkembangan miopia pada anak-anak.
-
Faktor Genetik
Genetika juga memegang peranan penting dalam masalah penglihatan anak. Sakhuja menyebutkan bahwa anak-anak yang menggunakan kacamata sering kali dipengaruhi oleh faktor genetik. Beberapa anak mungkin lahir dengan kondisi seperti astigmatisme atau hipermetropi, yang dapat berkembang seiring waktu. Faktor genetik ini dapat membuat beberapa anak lebih rentan terhadap gangguan penglihatan dan memerlukan kacamata sejak usia dini.
-
Lebih Banyak Aktivitas di Dalam Ruangan
Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi kesehatan mata anak-anak. Anak-anak yang lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan, seperti menatap layar komputer atau membaca buku dalam waktu lama, memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami masalah penglihatan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang banyak bermain di luar ruangan cenderung memiliki angka kejadian kebutuhan kacamata yang lebih rendah. Peningkatan jumlah anak SD yang berkacamata muncul dari faktor-faktor seperti meningkatnya kesadaran kesehatan mata, penggunaan gadget yang berlebihan, faktor genetik, dan aktivitas yang lebih banyak dilakukan di dalam ruangan.
Untuk mengatasi hal ini, orang tua harus rutin memeriksa mata anak, membatasi waktu layar, dan mendorong aktivitas luar ruangan guna menjaga kesehatan mata dan mengurangi kebutuhan kacamata di masa depan.