Pesantenanpati.com – Mudahnya mendapatkan informasi sering membuat kita lupa pada satu hal penting, yaitu posisi adab sebelum ilmu. Padahal dalam Islam dan budaya belajar yang luhur, adab menjadi pondasi sebelum seseorang layak menyandang ilmu.
Lalu, apakah prinsip “adab sebelum ilmu” masih relevan di zaman sekarang?
Di media sosial, banyak orang menyampaikan opini yang justru melahirkan arogansi dan perpecahan karena tanpa dilandsasi oleh adab yang baik. Hal itu mendasari pentingnya adab sebelum ilmu untuk menghindari debat kusir dan membuat ilmu terasa lebih bermanfaat.
Belajar bukan hanya memahami materi, tetapi juga menghargai siapa yang menyampaikannya. Di sekolah, kampus, dunia kerja bahkan di media sosial, sopan santun terhadap siapapun penyampai ilmu menjadi bentuk akhlak mulia.
Manfaatnya mampu memudahkan transfer ilmu, membuka hati untuk menerima nasihat, dan menumbuhkan kerendahan hati seperti yang terkandung dalam Kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji.
Selain itu, ilmu bisa menjadi berkah atau petaka bergantung pada niatnya. Menuntut ilmu dengan niat duniawi semata bisa menjauhkan dari keberkahan ilmu itu sendiri. Ilmu yang dicari dengan ikhlas akan lebih mudah meresap dan bermanfaat untuk orang lain.
Adab tidak lekang oleh zaman. Meski teknologi berubah, nilai adab tetap relevan baik ketika di ruang kelas, Zoom meeting, maupun kolom komentar media sosial. Hal ini meningkatkan kredibilitas diri, mempererat relasi, dan membedakan antara yang benar-benar berilmu dan hanya pintar.
Maka dari itu, ilmu tanpa adab seperti pohon tanpa akar yang rapuh dan mudah tumbang. Justru di zaman yang serba cepat dan instan ini, adab menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Sebab adab menjaga kita tetap rendah hati, terbuka pada kebenaran, dan tidak lupa darimana kita belajar. (*)