Pesantenanpati.com – Peringatan Hari Pangan Sedunia atau World Food Day setiap 16 Oktober, pada tahun ini mengusung tema “Hand in Hand for Better Foods and a Better Future” yang membawa harapan terkait perwujudan masa depan yang berketahanan pangan.
Di tengah hiruk pikuknya Republik Indonesia (RI), negara ini memiliki contoh nyata pangan lokal yang terbilang lama berkontribusi bagi ketahanan pangan dunia.
Tempe yang berbahan dasar kedelai ini disebut disukai banyak masyarakat di dunia karena dianggap menjadi solusi untuk permasalahan pangan yang bergizi tinggi alias super food.
Melansir dari Detik, seorang peneliti tempe bernama William Shurtleff dan Akiko Aoyagi dalam History of Tempeh (1980) menyebut jika popularitas tempe sudah meroket bahkan sejak masa kolonialisme.
Sementara di Amerika Serikat (AS), pengenalan akan makanan tempe meningkat pesat ketika para ahli mikrobiologi dan ilmuwan pangan di Cornell University’s New York State Agricultural Experiment Station di Geneva, New York, serta di USDA Northern Regional Research Center di Peoria, Illinois bekerja sama melakukan penelitian.
Mereka berhasil membuktikan jika kandungan yang dimiliki tempe sangat luar biasa. Bahkan, mereka juga berhasil mengisolasi kultur bakteri Rhizopus oligosporus, yang kemudian dipakai untuk memproduksi tempe berskala besar di AS.
Sejak saat itulah tempe dinobatkan menjadi makanan sehat populer di Barat, terutama di kalangan penganut vegetarian. Bahkan, sang Presiden AS pada periode 1977-1981, Jimmy Carter pernah mendapat masukan dari penasihatnya untuk menjadikan tempe sebagai solusi atas kebijakan pangan nasional.
Dari dulu hingga kini, tempe dianggap sebagai sumber protein nabati murah dan berkelanjutan yang berpotensi membantu mengatasi krisis pangan global berbagai negara, mulai dari Asia, Eropa, AS, hingga Afrika dan Amerika Latin. (*)






