Pesantenanpati.com – Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa Negara Republik Indonesia (RI) kembali mengalami deflasi pada Agustus 2025.
Perlu diketahui, fenomena deflasi merupakan suatu kondisi dimana harga barang secara umum mengalami penurunan yang berlangsung lama hingga menyebabkan nilai uang meningkat.
Menurut buku Ekonomi Moneter (2024), deflasi timbul dari kurangnya permintaan barang dan jasa, jumlah uang yang beredar, peningkatan produktivitas, hingga ketatnya kebijakan moneter seperti kenaikan suku bunga oleh bank sentral.
Melansir dari Detik Finance, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyebutkan fenomena deflasi ini utamanya dipengaruhi oleh turunnya harga pangan.
Pada Agustus 2025, deflasi tercatat sebesar 0,08% secara bulanan (month to month/mtm). Artinya, terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 108,60 pada Juli 2025 menjadi 108,51 pada Agustus 2025.
Sementara untuk penyumbang deflasi terbesar Bulan Agustus 2025 dipimpin oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan memberikan andil deflasi 0,08%.
Sedangkan dengan besaran deflasi kelompok tersebut yang mencapai 0,29%, komoditas ini dominan didorong oleh entitas tomat, cabai rawit, tarif angkutan udara hingga bensin.
Sebelum deflasi bulan Agustus ini terjadi, sebelumnya telah terjadi sebanyak tiga kali, hingga menjadikan sepanjang tahun 2025 deflasinya berjumlah empat kali, mulai dari Januari 2025 sebesar 0,76% mtm, Februari 2025 sebesar 0,48% mtm dan Mei 2025 sebesar 0,37% mtm.
Meski demikian, beberapa komoditas berhasil menyumbang inflasi Agustus 2025, seperti bawang merah sebesar 0,05% dan beras sebesar 0,03%.
Untuk jumlah inflasi Agustus, secara tahunan (year on year/yoy) mencatat sebesar 2,31% dan secara tahun kalender (year to date/ytd), inflasi 2025 tercatat 1,60%. (*)
