Pesantenanpati.com – Olahraga di bawah sinar matahari memang terasa menyegarkan, tetapi jika dilakukan tanpa persiapan yang tepat, bisa berisiko bagi kesehatan. Suhu udara tinggi menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan meningkatkan kemungkinan alami heat exhaustion bahkan heatstroke.
Oleh karena itu, penting bagi siapa pun terutama yang aktif berolahraga di luar ruangan, untuk memahami cara aman berolahraga saat cuaca panas.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, suhu udara di sejumlah daerah Indonesia saat musim kemarau dapat mencapai lebih dari 34°C. Kondisi ini membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menjaga suhu normal, sehingga mudah mengalami dehidrasi.
Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah waktu olahraga. Pilih waktu yang lebih sejuk seperti pagi sebelum pukul 08.00 atau sore setelah pukul 16.00. Hindari berolahraga di tengah hari karena paparan sinar ultraviolet berada pada puncaknya.
Kedua, cukupi asupan cairan dengan minum air putih sebelum, selama, dan sesudah olahraga. Minuman elektrolit juga bisa membantu menggantikan garam mineral yang hilang karena keringat berlebih.
Selain itu, pakai pakaian yang ringan dan menyerap keringat, seperti bahan katun atau dry-fit. Pilih warna terang agar tidak menyerap panas berlebih. Jangan lupa gunakan tabir surya dengan SPF minimal 30 untuk melindungi kulit dari paparan UV.
Durasi latihan juga perlu disesuaikan. Jika biasanya berolahraga selama satu jam, cobalah menguranginya menjadi 30–40 menit saat cuaca ekstrem. Dengarkan sinyal tubuh jika merasa pusing, lemas, atau mual, segera hentikan aktivitas dan cari tempat teduh.
Bagi yang tetap ingin menjaga rutinitas, alternatif indoor workout seperti yoga, senam ringan, atau treadmill bisa menjadi pilihan aman. Ruangan berpendingin atau berventilasi baik membantu tubuh tetap stabil tanpa mengurangi manfaat olahraga.
Dengan memperhatikan kondisi cuaca dan kesiapan tubuh, olahraga tetap bisa dilakukan dengan aman dan menyenangkan, bahkan di tengah panas terik. Ingat, menjaga kesehatan bukan tentang memaksakan diri, tapi tentang memahami batas kemampuan tubuh. (*)
