Pesantenanpati.com – Malam Lailatul Qadar merupakan malam lebih mulia dari seribu bulan. Lantas bagaimana tanda datangnya malam tersebut?
Dilansir dari laman MUI, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, KH. Abdul Muiz Ali, menjelaskan bahwa ada beberapa tanda-tanda yang bisa menjadi petunjuk datangnya malam Lailatul Qadar.
“Ada tanda-tandanya. Salah satunya, tidak dalam keadaan hujan. Tidak dalam keadaan hujan, dan ia merasakan ketenangan untuk ibadah itu. Tidak hujan dan tidak panas,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Kiai AMA mengungkapkan bahwa salah satu tanda yang paling dikenal tentang malam Lailatul Qadar adalah jatuhnya pada salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, yakni malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, dan ke-29.
“Kalau malam Ramadhan-nya hari ini, maka Lailatul Qadar-nya malam kesekian.” Artinya, jika seseorang memulai puasa pada hari Sabtu, maka malam Lailatul Qadar berpotensi jatuh pada malam tertentu berdasarkan perhitungan hari pertama puasa.
Kiai Muiz juga Merujuk pada beberapa hadis yang menjelaskan tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar. Salah satu hadis yang terkenal adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, yang mengatakan:
هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya adalah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru” (HR. Muslim no. 762, dari Ubay bin Ka’ab).
Hadits ini menunjukkan bahwa malam Lailatul Qadar memiliki tanda-tanda pada pagi harinya, yakni matahari terbit dengan warna yang putih dan tidak memancarkan sinarnya secara menyeluruh.
Tanda ini menjadi salah satu petunjuk, meskipun umat Islam diingatkan untuk tidak hanya mencari tanda semata, melainkan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah.
Hadis kedua yang menjadi rujukan dalam penjelasan ini diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi dan Al-Baihaqi, yang mengatakan:
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin. Pada pagi hari, matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361).
Hadis ini menggambarkan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan ketenangan dan kesejukan, tidak terlalu panas ataupun dingin. Pada pagi harinya, matahari yang terbit akan tampak kemerah-merahan, sebuah tanda khas yang dapat menandakan bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadar. (*)