Tembakau Krosok di Magelang Mulai Tembus Pabrik

Pesantenanpati.com – Menyiasati cuaca ekstrem, petani tidak lagi mengandalkan sengatan sinar matahari dalam proses pengeringan daun tembakau hasil panen. Tetapi cukup dengan cara diangin-anginkan di ruang yang terbebas dari percikan air hujan. Bisa di dalam atau di luar ruangan.

Cara tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Selain cukup praktis dan efisien karena tidak memakan banyak tenaga maupun biaya. Kendati dengan konsekuensi, harganya tidak ramah tembakau rajangan kering.

Pola tersebut telah diterapkan oleh sebagian petani tembakau di dataran tinggi bagian timur Kabupaten Magelang. Seperti kawasan lereng Gunung Merapi-Merbabu wilayah Kecamatan Ngablak dan Pakis.

Di antaranya, Jumadi, petani di Desa Kaponan, Kecamatan Pakis; Pujiono (Banyusidi, Pakis). Suhadi, di Desa Munengwarangan (Pakis), selain masih menerapkan pola merajang, juga ikut membuat tembaku krosok.

Menurut Sistiyana, staf Bidang Perkebunan di Distan Pangan Kabupaten Magelang, proses pembuatan daun tembakau krosok sangat sederhana. Hanya mengandalkan tiupan angin dalam proses pengeringan.

“Pemicunya adalah karena para petani kesulitan mendapatkan sengatan sinar matahari akibat cuaca ekstrem. Apalagi suhu udara di dataran tinggi cenderung lembab,” tutur dia.

BACA JUGA :   Perbaikan Jalan di Jepara Dianggarkan Rp40 Miliar

Mengenai cara pembuatan tembakau krosok, bagian pangkal daun ditusuk dengan bilah bambu. Beberapa lembar daun tembakau dijadikan satu lalu digantung dalam satu tempat yang terlindung dari curah hujan.

Proses pengeringan daun tembakau krosok relatif lama. Berkisar antara 15-20 hari. Karena daerah atas mempunyai kelembaban lebih tinggi dibandingkan dataran rendah.

“Tetapi, yang pasti lebih cepat laku dan masalah kualitas pun relatif tidak perlu diperdebatkan lagi,” ujar Romza Ernawan, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang.

Tentu saja hal ini disebabkan sebagian petani telah menjalin kemitraan dengan pabrikan lokal seperti Merabu atau dengan pabrikan lain seperti PR HS yang diproduksi di wilayah Salam, Kabupaten Magelang.

Tembakau krosok dipilih petani karena juga dilirik kalangan pengusaha pabrik rokok. Selain praktis, juga lebih hemat dalam hal pembiayaan, meski juga berpengaruh terhadap harga jual.

Namun dari sisi kualitas, tembakau krosok tetap baik. Faktanya, ada satu petani yang menjalin kemitraan dengan pabrikan.

“Terbukti, yang dipercaya untuk memasok tembakau krosok hingga 40 ton per musim,” kata Sistiyana, tanpa menyebut nama petani maksudnya.

BACA JUGA :   Dua Dosen Cabul UMS Dipecat

Di antaranya, PR HS yang memproduksi rokok kretek di wilayah Magelang. HS merupakan merk rokok kretek yang lagi naik daun di Indonesia. Ada beberapa varian rasa yang dipasarkan seperti HS Original, HS Slim dan HS Click dengan rasa beragam buah-buahan.

Rokok HS juga dikenal sebagai produk legal yang mendukung perekonomian dan mengurangi peredaran rokok ilegal.

“Yang pasti, membuka lapangan kerja dan telah merekrut warga lokal sebagai pekerja hingga ratusan orang, bahkan mungkin ribuan,” kata Romza Ernawan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *