Pesantenanpati.com — Kalender Hijriah memiliki 12 bulan yang digunakan dalam penanggalan Islam, mulai dari penentuan hari besar keagamaan hingga ibadah wajib seperti puasa Ramadhan dan haji.
Melansir dari NU Online, penamaan bulan-bulan Hijriah tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan berakar dari tradisi bangsa Arab pra-Islam yang kemudian dipertahankan dalam syariat Islam.
Setiap nama bulan menggambarkan kondisi alam, kebiasaan sosial, atau peristiwa yang umum terjadi pada masa tersebut.
Bulan pertama adalah Muharram, yang berarti “bulan yang diharamkan”, merujuk pada larangan berperang di bulan ini pada masa Arab kuno. Selanjutnya Safar berasal dari kata sifr atau “kosong”, karena para lelaki sering pergi berperang sehingga rumah-rumah menjadi kosong.
Rabiul Awal dan Rabiul Akhir dinisbatkan pada musim semi (rabi’) yang terjadi saat kalender ini pertama kali disusun, sehingga kedua bulan tersebut menggambarkan masa tumbuhnya tanaman. Nama Jumadil Awal dan Jumadil Akhir merujuk pada masa musim dingin atau pembekuan (jamad).
Pada periode tersebut, air kerap membeku dan aktivitas masyarakat lebih terbatas. Sementara itu, Rajab berasal dari kata tarjib, yang berarti penghormatan, sebab suku-suku Arab menghormati bulan ini dan kembali dilarang berperang.
Syaban memiliki arti “berpencar”, karena masyarakat biasa berpencar untuk mencari air dan makanan. Bulan berikutnya, Ramadhan, berasal dari kata ramad atau “panas yang menyengat”, merujuk pada suhu terik saat bulan ini dinamai.
Syawal berasal dari kata syol, yang berarti “mengangkat”, karena unta betina biasanya mulai mengangkat ekor dan sulit dikawinkan. Zulqa’dah berarti “duduk” atau “berhenti”, karena bulan ini digunakan untuk jeda dari peperangan.
Terakhir, Zulhijah dinamai berdasarkan ibadah haji (hijjah) yang dilaksanakan pada bulan tersebut. Penamaan bulan Hijriah ini menunjukkan kuatnya hubungan antara alam, budaya, dan ibadah dalam tradisi Islam, yang masih digunakan hingga sekarang dalam berbagai aktivitas keagamaan.







