Ilmuwan Lakukan Penelitian Terkait Asal Usul Hajar Aswad

Pesantenanpati.com – Keyakinan akan sebuah batu hitam atau Hajar Aswad di sudut Tenggara Ka’bah di pusat Masjidil Haram, Kota Mekkah, Arab Saudi yang dipercaya berasal dari surga turut mendorong para peneliti modern untuk menelusuri asal usul fisiknya dalam pandangan keilmuwan.

Sebelumnya, keyakinan Hajar Aswad yang datang dari surga ini mengacu pada sabda Rasulullah SAW yang dikutip dari buku Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah oleh Muslim H. Nasution yang berbunyi sebagai berikut:

“Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga,” (HR At-Tirmidzi).

Kemudian, keyakinan itu diperkuat dengan penjelasan dalam sejarah Islam yang mengatakan, bahwa awal mula datangnya batu tersebut adalah ketika dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim AS untuk diletakkan di Ka’bah.

Melansir dari Detik Hikmah, salah satu peneliti memandang keyakinan tersebut dengan pembuktian ilmiah, ialah Elsebeth Thomsen dari University of Copenhagen melalui karyanya yang berjudul New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka’ba.

Thomsen meneliti dengan mengambil beberapa penjelasan ilmiah terkait karakteristik Hajar Aswad, di antaranya dari penjelasan Dietz dan McHone (1974) yang mengatakan bahwa, batuan tersebut terdiri dari delapan potongan kecil yang direkatkan menjadi satu dengan perak.

BACA JUGA :   Tata Cara dan Niat Salat Saat Jamak Dalam Perjalanan Jauh

Perekatan itu menjadikan permukaan Hajar Aswad berwarna hitam berkilau dengan bagian dalamnya putih susu dan disebut dapat mengapung di air. Ciri-ciri ini diyakini tidak ditemukan di batu biasa atau meteorit logam.

Namun, sifat-sifat yang terlihat disebut mirip dengan kaca impaksit dari kawah Wabar yang ditemukan oleh penjelajah Inggris bernama Harry St. John Philby pada 1932 di kawasan Rub’ al Khali, sekitar 1100 km dari Makkah.

Kemudian, penelitian dari El Goresy et al. (1968) memperkuat temuan Thomsen yang menunjukkan jika material di kawah Wabar berasal dari lelehan pasir silika yang menghasilkan sebuah kaca saat meteorit menghantam bumi.

Sifat-sifat kacanya disebut mirip dengan yang dijelaskan dalam penelitian Dietz dan McHone (1974). Oleh dari temuan itulah Thomsen mengaitkan keduanya dengan mendatangi langsung sampel kaca dari kawah Wabar yang masih disimpan di Museum Geologi Kopenhagen.

Hasilnya, Thomsen menyebut seluruhnya memiliki kemiripan yang mencolok dengan deskripsi Hajar Aswad dengan perkiraan usia sekitar 6.400 tahun. (*)

BACA JUGA :   Doa Kehilangan Barang Agar Cepat Kembali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *